Semua orang pasti ingin hidup mulia. Untuk meraih impian tersebut banyak jalan menuju roma. Ada jalan salah, ada jalan yang benar. Ada yang ingin kaya cepat mendatangi dukun. Ada yang pangkatnya naik dengan menyogok. Ada yang ingin masuk surga tapi melakukan ibadah yang nyeleneh. Jalan ini bukan saja tidak benar tapi juga mengundang murka Allah.
Rasulullah saw. mengajarkan kita jalan mudah untuk meraih kesuksesan dunia-akhirat yang kita impikan. Apa itu? Dengan berbakti kepada kedua orang tua. Beliau sampai menegaskan bahwa keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan orang tua.
Di zaman Rasulullah saw. ada seorang pemuda dari Yaman yang bernama Uwais al-Qarni. Ia bukan pejabat, bukan orang penting pemerintahan, dan bukan pengusaha besar. Ia hanya berprofesi sebagai penggembala kambing yang miskin. Suatu ketika Rasulullah saw.memerintahkan Umar r.a. dan Ali ibn Abi Thalib r.a. agar meminta doa kepadanya. Padahal kedua sahabat ini adalah orang-orang yang dijamin surga.
"Bila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istigfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi," begitu pesan beliau kepada dua sahabat itu. Selidik punya selidik, ternyata Uwais al-Qarni adalah seorang hamba yang sangat berbakti kepada orangtuanya. Ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan tetap dirawat, dilayani, dan di sayangi hingga akhir hayatnya.
Begitu besar jasa orang tua, seorang anak tidak akan mampu membalas kebaikan orang tua meski seluruh kekayaan nya di berikan kepada mereka. Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. "Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?" tanyanya. Beliau menjawab, "Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)."
Alangkah bersyukurnya jika hingga detik ini kita masih merasakan kehadiran orang tua. Artinya, kita memiliki kesempatan berharga untuk meraih impian dunia akhiratlewat keridhaan nya. Kata Rasulullah saw., "Rugi, rugi, dan rugi." Ditanyakan, "Siapakah dia, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Dialah orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satunya dalam keadaan sudah berusia lanjut dan renta, namun dia tidak berbakti. Maka dia tidak masuk surga."
Kewajiban anak hanya berbakti kepada mereka dengan memenuhi haknya dan melayani dengan baik. Meski orang tua telah meninggal, bakti anak tidak otomatis berhenti. Tapi tetap mendoakannya dengan kebaikan. Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. untuk bertanya, "Bagaimana cara berbuat baik kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dunia?" Seketika pertanyaan itu di jawab oleh Rasulullah saw., "Dengan berdoan untuk mereka, menunaikan janji mereka, serta menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali dengan mereka berdua, serta memuliakan teman mereka."
Sukses itu mudah. Hidup mulia itu mudah. Bahagia itu mudah. Caranya juga mudah, berbaktilah kepada kedua orang tua, sayangi, doakan, penuhi kebutuhannya, layani dengan sepenuh jiwa. Jika kita mampu berbuat demikian, Rasulullah saw. menjamin impian-impian hidup pasti akan hadir di depan mata. [Reportaseterkini]
Sumber : 99 Resep Hidup Rasulullah Oleh Abdillah F.Hasan
Di zaman Rasulullah saw. ada seorang pemuda dari Yaman yang bernama Uwais al-Qarni. Ia bukan pejabat, bukan orang penting pemerintahan, dan bukan pengusaha besar. Ia hanya berprofesi sebagai penggembala kambing yang miskin. Suatu ketika Rasulullah saw.memerintahkan Umar r.a. dan Ali ibn Abi Thalib r.a. agar meminta doa kepadanya. Padahal kedua sahabat ini adalah orang-orang yang dijamin surga.
"Bila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istigfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi," begitu pesan beliau kepada dua sahabat itu. Selidik punya selidik, ternyata Uwais al-Qarni adalah seorang hamba yang sangat berbakti kepada orangtuanya. Ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan tetap dirawat, dilayani, dan di sayangi hingga akhir hayatnya.
Begitu besar jasa orang tua, seorang anak tidak akan mampu membalas kebaikan orang tua meski seluruh kekayaan nya di berikan kepada mereka. Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. "Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?" tanyanya. Beliau menjawab, "Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)."
Alangkah bersyukurnya jika hingga detik ini kita masih merasakan kehadiran orang tua. Artinya, kita memiliki kesempatan berharga untuk meraih impian dunia akhiratlewat keridhaan nya. Kata Rasulullah saw., "Rugi, rugi, dan rugi." Ditanyakan, "Siapakah dia, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Dialah orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satunya dalam keadaan sudah berusia lanjut dan renta, namun dia tidak berbakti. Maka dia tidak masuk surga."
Kewajiban anak hanya berbakti kepada mereka dengan memenuhi haknya dan melayani dengan baik. Meski orang tua telah meninggal, bakti anak tidak otomatis berhenti. Tapi tetap mendoakannya dengan kebaikan. Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. untuk bertanya, "Bagaimana cara berbuat baik kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dunia?" Seketika pertanyaan itu di jawab oleh Rasulullah saw., "Dengan berdoan untuk mereka, menunaikan janji mereka, serta menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali dengan mereka berdua, serta memuliakan teman mereka."
Sukses itu mudah. Hidup mulia itu mudah. Bahagia itu mudah. Caranya juga mudah, berbaktilah kepada kedua orang tua, sayangi, doakan, penuhi kebutuhannya, layani dengan sepenuh jiwa. Jika kita mampu berbuat demikian, Rasulullah saw. menjamin impian-impian hidup pasti akan hadir di depan mata. [Reportaseterkini]
Sumber : 99 Resep Hidup Rasulullah Oleh Abdillah F.Hasan
0 Comments